SURAT TERBUKA KEPADA PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA
“SEKOLAHKAN
KAMI SAMPAI SMA”
Kepada
Pemerintah
Republik Indonesia
Salam dari Ayunda untuk pemerintah Republik
Indonesia yang selalu berjuang untuk memperbaiki pendidikan anak-anak Indonesia.
Semoga semua bapak dan ibu selalu diberi kesehatan demi kelancaran misi yang
mulia ini. Dan semua usaha yang dilakukan kelak akan mendapat ridho Allah swt, selalu
diberi kemudahan dalam segala hal, serta bermanfaat bagi anak-anak Indonesia.
Saya haturkan pula doa kepada Yang Maha Kuasa untuk seluruh anak-anak Indonesia
di tanah air agar selalu diberi limpahan ilmu yang bermanfaat bagi agama, nusa,
dan bangsa. Aamiin.
Sebagai anak yang tengah mengenyam pendidikan di
tingkat MTs yang berada di Kota Pekalongan, banyak cita-cita yang masih
terkubur di dalam angan. Di tengah lika-liku pendidikan, saya selalu
memperhatikan keadaan di mana saja. Masih sempat berpikir begitu dalam tentang
nasib teman-teman yang ada di pinggir jalan, kolong jembatan, tumpukan barang
bekas, dan tempat-tempat lainnya. Atau...mereka yang harus putus sekolah.
Ini adalah kisah yang saya alami selama bersekolah
di MTs NU Tirto. Dua orang teman saya, yang satu Abdurrohim dan satunya lagi
Siti Mutmainnah. Kami terkumpul dalam satu kelas yang disebut “kelas unggulan”.
Guru-guru berpendapat jika siswa di kelas ini memiliki kecerdasan di atas
rata-rata. Setiap anak di kelas kami memang memiliki keistimewaan
masing-masing. Saya sendiri lebih aktif di bidang tulis menulis dan tilawatil
qur’an. Alkhamdulillah sekarang ini karya pertama saya berhasil terbit di salah
satu lini penerbit, dan beberapa kali menjuarai lomba MTQ. Rohim cerdas di
Mapel Matematika, dan Mut adalah salah satu siswa yang berhasil membawa sekolah
kami untuk menjuarai tenis meja di tingkat provinsi. Bukan hanya sekali. Kami
bangga! Kelas kami menjadi lengkap dan hangat dengan prestasi masing-masing.
Namun, satu tahun berikutnya kami berhasil dalam
satu kelas lagi. Tetapi dua kursi di belakang setiap hari kosong. Beberapa
minggu kemudian kami mendapat kabar jika Mut dan Rohim putus sekolah. Saya
sendiri sangat sedih. Selain kehilangan hangatnya canda tawa dua orang teman,
sekolah kami pun kehilangan dua bintang gemilang. Entah mengapa ini terjadi
berbarengan. Mereka menuturkan jika orangtuanya tak sanggup lagi membiayai
untuk sekolah. Dan yang harus mereka lakukan adalah ikut membanting tulang
setiap hari. Dulu, kami bertemu, memakai seragam sekolah yang sama. Tetapi
sekarang kami bertemu dengan baju yang berbeda. Mereka tidak lagi memakai
seragam, tetapi baju sehari-hari yang hampir lusuh karena dipakai untuk
bekerja. Sangat disayangkan. Padahal mereka memiliki prestasi yang luar biasa,
tetapi harus terhenti sampai sekarang. Entah sampai kapan mereka akan berhenti
sekolah. Mungkin di dalam hatinya masih sangat ingin untuk mengembangkan
bakatnya melalui sekolah. Teman-teman di sana mempunyai hak yang sama seperti
saya. Mendapatkan pendidikan untuk masa depan. Namun, jika dilihat dari ekonomi
orangtuanya, apa boleh buat? Mungkin memang jalan satu-satunya yang dapat
dilakukan hanyalah itu. Hidup tanpa pendidikan. Tetapi saya yakin, itu bukan
jalan satu-satunya untuk pemerintah Indonesia agar mereka juga mendapatkan
pendidikan selama 12 tahun/SMA. Saya pernah bercita-cita seperti bapak dan ibu.
Kelak saya ingin memajukan pendidikan di Indonesia. Namun, semua tidak bisa
dilakukan sendiri. Jika saya berpendidikan, dan mereka tidak, siapa yang akan
membantu saya untuk memajukan Indonesia?
Semakin berat cita-cita ketika mendengar berita
“korupsi”. Harusnya mereka lebih memperhatikan nasib kami di sini sebagai anak
Indonesia. Untuk apa itu dilakukan? Kenapa uangnya tidak dikumpulkan saja untuk
membenahi pendidikan kami? Bukannya dulu mereka juga mendapat pendidikan? Lalu,
kenapa nasib kami terlantar? Siapa yang akan meneruskan bapak dan ibu pemimpin
nanti? Ngilu sekali kalau dipikirkan. Bahkan hampir membuat saya emosi membuat
surat ini.
Apakah mereka kami tidak iba, ketika melihat
teman-teman yang harus putus sekolah, dan mengubur semua cita-citanya yang akan
membangun negeri ini? Kami masih berharap besar peran para pemimpin untuk
memberi kami dana sekolah gratis, atau paling tidak beri orangtua kami peluang
untuk bekerja, agar mereka bisa menyekolahkan lagi. Saya tidak tahu lagi, harus
bagaimana cara menyampaikan keluh kesah dunia pendidikan di negeri ini. Yang
saya pikir, mereka, para koruptor tidak akan mempedulikan ocehan anak kecil
seperti saya. Padahal jauh di dalam hati, saya hanya ingin teman-teman
merasakan dunia pendidikan minimal selama 12 tahun. Mungkin di raut wajahnya
masih terlukis senyuman manis, namun di dalam hatinya menjerit ingin berdiri
gagah memakai seragam kemudian pergi ke sebuah gedung yang disebut “sekolah”.
Memang saya tidak tahu itu.
Harapan
saya,
pemerintah Indonesia bisa menggalang dana untuk mengembalikan pendidikan teman-teman
yang terputus pendidikan minimal selama 12 tahun, sampai SMA. Juga dana untuk
teman-teman yang belum pernah sekolah. Agar mereka bisa menjadi anak-anak yang
cerdas, dan bisa menghasilkan suatu karya yang semakin mengharumkan Indonesia. Memberi
lapangan pekerjaan bagi orangtua, agar kedua orangtua bisa menyekolahkan. Mentiadakan
korupsi dan memberi hukuman yang setimpal tanpa adanya suap! Memberi fasilitas
yang memadai bagi gedung sekolah, ataupun tempat-tempat yang sering dilalui
para pelajar apabila kurang memadai. Cukup itu, tidak banyak-banyak.
Kelak jika kesuksesan telah menjemput, kami, anak
Indonesia akan bersatu dan meneruskan usaha pemerintah untuk lebih memajukan
negeri tercinta ini. Namun, semua harus dibawah peran dan bimbingan pemerintah
terlebih dahulu. Mohon perhatikan pendidikan kami. J
Cukup itu impian saya, anak Indonesia yang bernama
Ayunda. Mohon maaf, apabila terdapat kata yang kurang berkenan di hati bapak
dan ibu. Bagaimanapun, saya adalah anak Indonesia yang berhak berpendapat dan
mengajukan segala keluh kesah demi kualitas pendidikan untuk masa depan.
Di samping semua impian itu, saya menyimpan rasa
bangga terhadap usaha-usaha yang telah pemerintah lakukan. Segala impian dan
semangat selalu tergugah untuk menjadi siswa yang cerdas karena peran ibu dan
bapak untuk dunia pendidikan Indonesia. Semoga semakin maju dan usaha bapak-ibu
mendapat pahala dari Allah swt. Aamiin.
Saya sangat berterima kasih kepada bapak dan ibu yang
telah menyempatkan membaca surat ini, dengan segala ucapan yang murni dari
hati. Semoga semua impian yang tertulis di dalam surat ini bisa terwujud dengan
peran pemerintah untuk dunia pendidikan anak Indonesia. Aamiin. Kami akan
selalu menunggu peran bapak dan ibu dalam angan-angan yang masih terkubur
dalam. Dan masih merindukan kehangatan canda tawa juga prestasi kami sewaktu
sekolah seperti dulu J.
Pekalongan,
3 November 2015
Dari
Ayunda, mewakili perasaan teman-teman yang ingin merasakan pendidikan di negeri
tercinta.